Hidup Itu Enteng!

Sep 21, 2021 | Kutipan Berita

Menjadi bankir sudah seperti garis tangan Agus Syabarrudin, direktur utama (dirut) PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten). Agus pernah mencoba berbisnis di luar perbankan, namun kandas.

Sebaliknya, karier Agus Syabarrudin di perbankan terbilang moncer. Dia pernah menjadi eksekutif di sejumlah bank beken asing dan lokal, seperti DBS, ABN Ambro, Bank Syariah Mandiri, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, hingga PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan (Bank Kalsel). Di Bank Kalsel, Agus menempati posisi puncak sebagai dirut.

Agus sukses menyehatkan Bank Kalsel dalam tempo singkat. Buktinya, bank pembangunan daerah (BPD) itu meraih Peringkat Komposit 2 (PK-2) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) setahun setelah Agus menjadi dirut. Ini tidak mudah, karena beberapa BPD berjuang keras mencapai level itu. Hanya bank-bank papan atas, seperti PT Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yang bisa mencapai PK-2.

Agus Syabarrudin rupanya seorang pemburu tantangan dan adrenalin. Justru dia merasa tidak nyaman berada di zona nyaman (comfort zone). Makanya, begitu kinerja Bank Kalsel membaik, ia menerima tawaran menjadi dirut Bank Banten, yang lebih kompleks dan menantang. Bagi Agus, momentum untuk pindah telah tiba.

Agus berniat membalikkan keadaan (turnaround) Bank Banten yang rugi selama empat tahun, menjadi untung. Ia menerapkan empat strategi di bank yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan sandi saham BEKS itu, yakni pengembangan sumber daya manusia (SDM), digitalisasi, refocusing kredit atau model bisnis, dan penambahan modal. Bank Banten ditargetkan meraih untung pada tahun buku 2021.

Dalam menjalani hidup, Agus Syabarrudin menerapkan filosofi sederhana. Ia yakin betul bahwa segala hal dalam kehidupan ini ada solusinya, bisa dipecahkan, asalkan berupaya dengan sungguh-sungguh, menjaga integritas, dan selalu mengikuti jalan yang telah digariskan-Nya.

“Dunia itu enteng, tidak usah dikejar karena cuma lewat,” tegas Agus Syabarrudin kepada wartawan Investor Daily, Harso Kurniawan di Jakarta, baru-baru ini.

Hal penting dalam hidup, bagi Agus, adalah menebarkan paham Islam rahmatan lil alamin atau Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Ada tiga misi yang dijalankan untuk menjalankan visi itu, yakni sedekah, berbagi ilmu, dan anak saleh.

Bagaimana liku-liku karier Agus Syabarrudin? Apa saja targetnya untuk Bank Banten? Nilai-nilai apa yang ia tanamkan? Berikut penuturan lengkapnya:

Menjadi bankir adalah impian Anda sejak kecil?

Sebenarnya saya diarahkan orang tua untuk sekolah pertanian dan masuk IPB (Institut Pertanian Bogor). Tetapi, pas mau lulus Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Negeri Bogor, saya terpengaruh oleh anak IPB yang tinggal bareng di pesantren. Jadi, waktu kelas tiga, saya tinggal di pesantren.

Mereka bilang, kalau mau belajar, pilih yang long lasting, yakni agama. Kalau mau belajar Islam, harus bisa bahasa Arab, sehingga saya akhirnya kuliah jurusan Sastra Arab di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Saya juga cari cara aktualisasi lain, seperti belajar bahasa Inggris, komputer, dan akuntansi. Meski padat, saya masih bisa bermain dengan teman-teman, sambil kursus.

Kapan Anda mulai terjun ke perbankan?

Lulus dari Sastra Arab, saya diajak teman gabung ke DBS, bank Singapura, yang buka di Indonesia dengan nama DBS Buana Tat Lee, sebagai bills and operation officer. Kantor pertama saya di Harmoni, Jakarta. Ini karier pertama saya. Saya masuk divisi kegiatan bank internasional.

Saya kemudian dilirik ABN Amro, bank Belanda, pada 1994. Kantor cabangnya di Indonesia ada di Jl Juanda. Saya masuk treasury dan financial control. Saya ditarik ke ABN Amro Asset Management untuk mengembangkan produk pada 1997.

Kerja sama fenomenal adalah dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang menjadi selling agent. Produknya Brivestama saham, fixed income, dan pasar uang.

Lalu saya ditarik masuk PT Bank Syariah Mandiri (BSM) pada 2004-2006 sebagai kepala divisi pengembangan produk dan service quality management. Saya terima tantangan itu, meski gaji dipangkas 50%, karena niat saya mau belajar keuangan syariah.

Apa saja legasi Anda?

Di BSM, saya membuat konsep one stop Islamic financial services dan dipakai terus hingga BSM besar. Intinya, segala macam kebutuhan nasabah bisa dipenuhi BSM. Produk lainnya yaitu tabungan Rencana Investa Cendikia, lalu mulai call BSMSMS banking. Dahulu, SMS banking dan call center belum ada. Saya juga kontribusi produk consumer dan ritel.

Pada 2007, saya dikontak Grup Temasek, pengendali Bank Danamon. Jadi, seperti reuni, karena DBS milik Temasek juga. Di situ saya diminta memimpin syariah, karena Pak Hendarin, direktur syariah, melihat pengalaman saya di BSM bagus dan dia minta diterapkan di Danamon. Beberapa tahun kemudian saya mundur.

Alasan Anda mundur dari Bank Danamon?

Saya menilai Temasek tidak seserius BSM. Artinya, divisi syariah sekadar ada. Sebab, Temasek sudah punya anak usaha untuk syariah di Singapura. Kabar lainnya, Danamon mau dijual Temasek. Saya mengajukan pengunduran diri. Sebab, meski digaji tinggi, aktualisasi diri kurang. Saya tidak suka comfort zone. Pada 2014, saya tinggalkan posisi vice president (VP) Syariah Danamon.

Karier Anda selanjutnya?

Selepas itu, saya keluar dulu dari dunia profesional untuk mengurus koperasi, bekerja sama dengan menteri koperasi dan UKM (menkop), menteri luar negeri (menlu), menteri perdagangan (mendag), sekaligus ITPC (Indonesian Trade Promotion Center).

Saya sempat bertemu Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga di Denpasar. Beliau minta saya bantu memasarkan produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ke mancanegara.

Anda sukses atau gagal di bisnis UMKM?

Program terakhir saya adalah Indonesian House atau etalase Indonesia. Konsepnya seperti kafe. Uniknya, semua barang di kafe bisa dijual, seperti cangkir jual, ornamen, termasuk kopi. Ada pentas seni dan destination tour juga.

Untuk berbisnis di sana, harus ada orang lokal. Saya sudah bertemu lawyer setempat. Konsepnya kami ceritakan. Selesai pertemuan, kami dapat tempat di La Brea (AS). Prospeknya cukup baik, karena orang Los Angeles (LA) maniak kopi. Setelah itu saya balik ke Jakarta. Tetapi calon mitra bisnis malah jalan sendiri dengan konsep saya.

Ya sudahlah, kami bangkrut, belum rezekinya. Bisnis ini dikelola perseroan terbatas (PT), di mana saya menjadi komisaris. Ada koperasi, yakni ASJ dan Koperasi IKM Mandiri.

Setelah gagal di bisnis UMKM?

Akhirnya saya kembali ke dasar, sebagai bankir. Ini seperti suratan tangan. Saya diminta gubernur Kalsel memperbaiki Bank Kalsel, terutama masalah kredit macet, profesionalisme, dan otomasi layanan.

Saya masuk sebagai senior executive vice president (SEVP). Saya ditunjuk menjadi dirut Bank Kalsel pada 2019-2024. Tahun pertama, Bank Kalsel meraih Peringkat Komposit 2 (PK-2) dari OJK. Ini bagus, karena BPD biasanya PK-3 dan 4. PK-2 adalah bank besar, seperti Mandiri dan BCA. Mungkin ini sudah garis tangan saya. Kemudian, income naik, non performing loans (NPL) rendah, layanan meningkat.

Terobosan di Bank Kalsel, yakni society 5.0. Arah mindset-nya ke sana. Semua kegiatan diotomasi. Di Kalsel, fokus saya cuma dua, pengembangan SDM dan teknologi informasi. Lalu, saya membangun budaya perusahaan dan karakter karyawan. Selepas itu, saya bergabung dengan Bank Banten.

Cerita bergabung dengan Bank Banten?

Pada Februari 2021, ada tim sukses Gubernur Banten, Wahid Halim yang meminta saya bertemu. Gubernur meminta saya bantu Bank Banten. Momentumnya pas, karena tugas saya di Bank Kalsel sudah selesai. Apalagi saya tidak suka di comfort zone. Padahal, di Bank Kalsel tinggal nikmatin hasil, tetapi tidak ada tantangan.

Lalu, Bank Banten menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 10 Maret 2021. Saya diminta bicara dengan gubernur dua hari sebelum RUPS. Ketemu lewat Zoom tidak jadi, akhirnya saya datang ke rumah dinas gubernur Banten di Serang. Tetapi jadwal gubernur sedang padat, akhirnya batal.

Namun, tiba-tiba, keluar pengumuman hasil RUPS Bank Banten di koran bahwa saya menjadi dirut. Gemparlah se-Kalimantan Raya, karena saya masih aktif dan belum pegang surat pengangkatan. Saya ditanya OJK. Saya bilang akan konfirmasi soal itu.

Saya akhirnya mengundurkan diri dari Bank Kalsel. Pada 15 Maret 2021, pengunduran diri saya diterima pemegang saham Bank Kalsel. Saya menerima tugas baru di Bank Banten.

Visi dan strategi Anda di Bank Banten?

Saya melihat di Bank Banten lebih seru, ada tantangan. Bagi saya, ini bikin adrenalin berdegup dan mengalir kencang. Di Bank Banten, kondisinya lebih kompleks, karena ada warisan bank sebelumnya (Bank Pundi) yang harus diselesaikan.

Saya menerapkan empat strategi, yaitu pengembangan SDM, penguatan teknologi informasi (TI), dan refocusing model bisnis, khususnya yang berkaitan dengan kredit, karena Bank Banten jebol di kredit UMKM dan komersial, sedangkan sekarang pasar lebih ke aparat sipl negara (ASN), pensiunan. Komersial hanya yang berbasis APBD.

Strategi terakhir yaitu penguatan likuiditas dan permodalan. Artinya, Bank Banten mau menambah modal. BPD sekarang sulit menambah modal dari pemda karena dana diprioritaskan untuk penanggulangan Covid-19. Untungnya, Bank Banten perusahaan terbuka, sehingga ada peluang bagus lewat rights issue (penerbitan saham baru untuk menambah modal) pada Oktober mendatang. Saya berharap bisa terserap dengan baik.

Pada Maret 2021, Bank Banten masih dalam pengawasan khusus, dengan PK-4. Saya lalu presentasi ke OJK delapan quick wins dan empat strategi tadi. Intinya, Bank Banten bosan rugi. Mudah-mudahan Desember nanti bisa untung. OJK menerima dan menyetujui rencana bisnis saya pada Mei, sehingga Bank Banten sudah normal dan tidak dalam pengawasan khusus.

Pada 28 Mei 2021, rekening umum kas daerah (RKUD) Pemprov Banten kembali ke Bank Banten dan kami baru bergerak. Jadi, saya efektif bekerja Juni-Juli. Alhamdulillah, respons pasar bagus. Saya tunjukkan, kami sedang berupaya turnaround dan transformasi besar-besaran.

Program pengembangan bisnis selaras dengan budaya kerja Bank Banten, yakni TRUST (think differentreliableuniversesustainabletrack). Pada Mei 2021, perseroan mencanangkan TRUST yang dijadikan panduan berpikir dan bertindak oleh seluruh insan Bank Banten yang disebut Banteners.

Pencapaian Anda di Bank Banten?

Saya masih fokus pada empat grand strategy dan delapan quick wins yang sudah dicanangkan untuk turnaround. Untuk people development, di samping penerapan budaya kerja TRUST, ada peningkatan kapabilitas profesional, individual assessment, dan leadership program on progress.

Untuk penguatan likuiditas, kami meningkatkan layanan prima kepada nasabah, meluncurkan produk yang dibutuhkan nasabah, meningkatkan kemampuan penetrasi para marketing untuk meningkatkan jumlah nasabah dengan volume funding-nya.

Dengan begitu, kami sudah melakukan pembelian kembali piutang ASN Banten dari Bank BJB senilai Rp 557 miliar, masih akan dilanjutkan untuk mencapai sekitar Rp 500 miliar pada kuartal III ini, termasuk upaya kami membangun kepercayaan dengan kegiatan transformasi secara menyeluruh.

Anda yakin Bank Banten untung tahun ini?

Intinya, semua kami lakukan untuk membalikkan keadaan, sehingga bisa meraih laba bersih tahun ini. Sebagai contoh, buyback piutang ASN Pemprov Banten dari BJB senilai Rp 557 miliar dari 4.218 kreditur berpotensi mendapatkan pendapatan berkisar Rp 30-50 miliar.

Kami juga berencana buyback piutang dari Bank Kalsel senilai Rp 180 miliar. Ini pun bisa mendatangkan pemasukan. Sumber dana buyback berasal dari dana pihak ketiga (DPK).

Di luar itu, kami membentuk pasukan pemasaran khusus untuk menggarap segmen kredit berbasis gaji. Debitur yang dibidik adalah ASN. Upaya ini dibarengi berbagai efisiensi. Agenda besar lainnya adalah digitalisasi agar bisa merangkul banyak pihak masuk ekosistem bisnis Bank Banten.

Selama ini, kinerja Bank Banten digerogoti kredit macet. Supaya mencetak laba, ada rencana efisiensi. Prinsipnya, biaya operasional harus lebih kecil dari pendapatan operasional.

Apa filosofi hidup Anda?

Saya punya banyak guru filosofi hidup. Tetapi, yang paling mengena adalah filosofi almarhum Syekh Al Jufri. Dia dibesarkan di AS dan mendapatkan hidayah, sehingga mendalami Islam.

Banyak sekali nilai hidup dalam Al-Qur’an. Dari hasil perenungannya, ada visi penting, yakni menebarkan rahmatan lil ‘alamin. Kalau ada di suatu tempat, harus terapkan ini, mulai dari lingkungan terkecil. Ini sejalan dengan hadis Nabi Muhammad SAW, yakni sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain.

Setelah ada visi, cari misi yang long lasting. Ada hadis Nabi Muhammad yang menyebutkan, terputus amal seseorang, kecuali tiga hal. Pertama, sedekah jariah. Kedua, ilmu yang bermanfaat. Ketiga, anak saleh yang mendoakan orang tuanya. Jika tiga misi itu dijalankan, dunia itu biasa aja. Dunia itu enteng. Tidak usah kejar dunia, karena dunia itu cuma lewat.

Filosofi ini sangat dalam. Contohnya dalam sedekah jariah, harta kita harus dibagi agar bermanfaat bagi orang lain, misalnya untuk pembangunan sekolah duafa. Kalau mereka pintar, maju, mengalir pahala ke kita sampai mati.

Lalu, ilmu yang bermanfaat berarti punya ilmu harus dibagi agar kebaikan mengalir terus. Soal anak saleh, bukan cuma mendidik, tetapi bagaimana menyiapkan infrastruktur. Contohnya, mencari duit dari yang halal, kerja benar.

Gaya kepemimpinan Anda?

Akomodatif dan sedikit galak. Selama menjabat dirut Bank Banten, saya sudah empat kali mengganti kepala divisi kredit. Tetapi saya akomodatif. Artinya, tahu maunya karyawan, sehingga membuat aturan yang menampung aspirasi karyawan. Jadi, kalau sudah ditetapkan, karyawan perlu mengikuti. Kalau tidak ikut, kita jatuh bareng***

Bikin Konten Medsos

Agus Syabarrudin adalah orang yang super sibuk, sehingga waktu luangnya sangat terbatas. Dia baru bisa pulang kantor sekitar jam 11 malam. Bahkan, Sabtu atau Minggu terkadang masih memimpin rapat koordinasi dengan tim.

Maklum, ia punya target yang tak mudah, yakni mengejar pertumbuhan bisnis 60% dalam kurun waktu enam bulan atau pada semester II-2021. “Jadi, saya sering dikeluhkan oleh keluarga. Itu sebabnya, saat senggang, saya berusaha membangun quality time dengan keluarga dengan membuat konten (content creator) di media sosial,” kata dia.

Kebetulan istrinya hobi membuat video TikTok. Tak pelak, pernah muncul konten Agus Syabarrudin sebagai seorang ayah dan suami yang viral di media sosial (medsos). Di video itu, Agus membantu istrinya memasak. “Saking viralnya, video ini menjadi pemberitaan di media massa,” tutur Agus, sambil tertawa. (ac)

Biodata

Nama lengkap: Agus Syabarrudin.

* Pendidikan:

– Sarjana Sastra Arab, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (1990).

– Magister Sains Perbankan Islami, Universitas Indonesia (2005).

– Doktor di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam & Lingkungan (2017).

* Karier:

– Bills and Operations Officer DBS Buana Tat Lee Bank (1991-1994).

– Head of Nostro Vostro–Financial Control dan Head of Business Development ABN-Amro (1997-2004).

– Kepala Divisi Pengembangan Produk dan Service Quality Management Bank Syariah Mandiri 2004-2006.

– Head of Syariah Treasury Branch Business Divison Bank Danamon (2006-2008).

– Head of Syariah Terasury Business Development Bank Danamon Syariah (2009-2010).

– Head of Syariah Treasury Funding Sales and Cash Management Service Division Bank Danamon (2013).

– Head of Strategic Initiative Bank Danamon (2014).

– Komisaris dan anggota komite Audit PT AMC (2014-2017).

– Kepala Eksekutif Syariah BPD Kalsel (2017-2018).

– Senior Executive Vice President (SEVP) Bank Kalsel.

– Direktur Utama Bank Kalsel (2019).

– Direktur Utama Bank Banten (2021).

dikutip dari: Investor.id